Senin, 17 September 2012

metode kulsponsi




METODE PEMBELAJARAN KULSPONSI
1.      Kulsponsi
Utomo dan Ruijter (1991:206) mengungkapkan bahwa kulsponsi adalah suatu cara penyelenggaraan pembelajaran yang merupakan kombinasi antara pembelajaran ceramah, responsi dan pembelajaran latihan terbimbing. Melalui pembelajaran kulsponsi diharapkan kelemahan dari masing-masing metode yang diterapkan dalam pembelajaran dapat diminimalkan. [1]
Masing-masing metode yang merupakan komponen dari kulsponsi dikemukakan sebagai berikut:
a.      Metode Ceramah
Metode ceramah ialah metode di dalam pendidikan dan pembelajaran dimana cara menyampaikan materi pengajaran kepada anak didik yang dilaksanakan dengan lisan oleh guru. Hubungan antara guru dengan anak didik banyak menggunakan bahasa lisan. Peranan guru dan murid berbeda secara jelas yaitu guru terutama dalam menuturkan  dan menerangkan secara aktif sedangkan siswa mendengarkan dan mengikuti secara cermat serta membuat catatan tentang pokok persoalan yang diterangkan guru [2]     (Ahmadi & Prasetya, 1997:53)
b.      Metode Responsi
Metode responsi merujuk pada proses perubahan perilaku yang dihasilkan oleh terciptanya relasi antara stimulus atau rangsangan dan respon atau jawaban atas stimulus. Respon adalah perilaku yang lahir yang merupakan hasil masuknya stimulus ke dalam pikiran seseorang. Stimulus dapat datang dari obyek lain, suasana atau aktivitas subyek lain misalnya guru bertanya kepada siswa kemudian siswa menjawab atas pertanyaan itu, dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya kemudian siswa mengajukan pertanyaan jika terdapat hal-hal yang belum dipahami.
Proses pembelajaran yang baik ialah yang memungkinkan terjadinya relasi antara stimulus dan respon yang baik. Untuk itu stimulus harus benar-benar dapat memberi rangsangan misalnya pertanyaan singkat dan jelas akan dapat mengundang respon yang lebih baik daripada pertanyaan panjang yang berbelit yang mungkin menyesatkan, oleh karena itu guru harus mampu memilih dan memberi rangsangan yang baik.[3] (Winataputra,1997:37)
Untuk melakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode responsi yang baik sekurang-kurangnya diperlukan:
1)      Suasana yang memungkinkan munculnya reaksi individu terhadap stimulus yang diberikan. Suasana yang memliki daya tarik atau daya rangsang yang baik.
2)      Individu yang memiliki kesiapan untuk memberikan reaksi terhadap rangsangan. Reaksi yang diberikan seseorang tergantung antara lain pada kesiapan, pengalaman dan kemampuan.
c.       Metode Latihan Terbimbing
Seorang siswa perlu memiliki ketangkasan atau keterampilan dalam sesuatu misalnya pemecahan soal-soal latihan. Oleh karena itu dalam pembelajaran, perlu diadakan suatu latihan untuk menguasai keterampilan tersebut. Maka salah satu metode yang dapat digunakan dalam memberikan atau menyajikan materi pelajaran untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah metode latihan terbimbing.
Latihan terbimbing adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan di bawah bimbingan guru agar siswa memiliki ketangkasan atau keteramapilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajarinya. Latihan yang praktis, mudah untuk dilakukan serta teratur pelaksanaannya dapat membina siswa dalam meningkatkan penguasaaan keterampilan itu bahkan dapat menjadikan siswa memiliki keterampilan yang sempurna. Hal ini dapat menunjang siswa untuk mampu mencapai prestasi yang tinggi[4] (Roestiyah, 2001:125)
2.      Pelaksanaan Pembelajaran Kulsponsi
Pada pelaksanaan pembelajaran kulsponsi, siswa dibimbing oleh guru dalam melakukukan latihan-latihan setelah diberikan beberapa penjelasan tentang materi pelajaran yang dipelajari. Selama proses belajar mengajar berlangsung, guru memberikan stimulus kepada siswa baik dengan menggalakkan siswa untuk bertanya ataupun dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan sebagainya. Kemudian siswa menanggapi atau merespon stimulus yang diberikan.
Pada pelaksanaannya, kulsponsi terdiri dari lima tahap yaitu sebagai berikut :
a.       Pendahuluan
Hal-hal yang perlu diperhatikan guru pada tahap ini adalah:
1)      Menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sebagai hasil pembelajaran yang dilakukan.
2)      Menempatkan bahan pelajaran dalam kerangka yang lebih besar dengan menekankan pada relevansi bahan/materi pelajaran pada studi yang ditempuh hubungannya dengan pembelajaran yang telah lalu maupun yang akan datang dan kegunaannya untuk keperluan praktek.
3)      Memberikan apersepsi/pengetahuan pendahuluan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan membahas soal-soal sebagai gambaran tentang pengetahuan pendahuluan yang diberikan.
b.      Pembahasan Teori
Pada tahap ini digunakan beberapa petunjuk sebagai berikut:
1)      Menyampaikan bagian-bagian/pokok utama materi yang memerlukan penjelasan tanpa mengabaikan kaitan/hubungan yang logis antar bagian-bagian materi tersebut dan menjelaskan kaitan/hubungan tersebut.
2)      Mengajukan pertanyan-pertanyaan kepada siswa guna mengaktifkan siswa khususnya pertanyaan mengenai pengetahuan pendahuluan dengan mengingat kaitannya dengan teori yang akan dibahas.
3)      Menggunakan media pembelajaran sedemikian sehingga pembahasan dapat dilakuakan dengan cepat dan mudah untuk memberikan gambaran mengenai hubungan berbagai bahan yang diberikan.
4)      Menggalakkan siswa untuk bertanya dan memberikan tanggapan.
c.       Pembahasan contoh-contoh soal.
Pada tahap ini perlu diperhatikan bahwa :
1)      Contoh soal yang dibahas adalah soal yang reprsentatif dan kaitan relevansinya dapat dinyatakan dengan jelas.
2)      Untuk mengetahui hal-hal yang dirasa sulit oleh siswa maka guru harus mengajukan pertanyaan kepada siswa atau siswa diminta untuk maju ke depan papan tulis.
d.      Pembimbingan siswa dalam menyelesaikan tugas.
Hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1)      Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan tugas tanpa terlepas dari bimbingan guru.
2)      Mengatur situasi pebelajaran sedemikian rupa sehingga:
a)      Siswa mampu menyelesaikan sebagian besar soal-soal latihan yang diberikan. Hal-hal yang dianggap sulit akan dibantu oleh guru.
b)      Siswa dapat mengoreksi diri sendiri dalam menyelesaikan soal-soal latihan dengan memberikan kunci jawaban dari soal-soal latihan.
c)      Siswa dapat bekerja secara sistmatis.
e.       Penutup
Dalam mengakhiri pembelajaran guru harus memberikan kata penutup. Kata penutup tersebut terdiri dari ringkasan materi yang telah diberikan, tinjauan kembali tujuan-tujuan pembelajaran, pandangan ke depan mengenai pembelajaran yang akan datang dan suatu uraian mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.


3. Materi
Teorema Pythagoras
            Teorema pythagoras adalah nama suatu teori yang ditemukan oleh seorang ahli matematika bangsa Yunani bernama Pythagoras yang hidup pada abad ke-6 M. Teori ini dijelaskan sebagai berikut :
Pada segitiga siku-siku,berlaku c2 = a2 + b2
Dimana:
a = panjang sisi tegak
b = panjang sisi alas
c = panjang sisi miring (hypotenusa)
            Secara umum teorema tersebut berlaku pada segitiga siku-siku yag berbunyi, panjang kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi yang lain.  Husein Tampomas (2005 : 140)
Bukti:
Perhatikan gambar di bawah ini !
              b             a
 a        c             c    c         b

b        c             c     c        a
               a             b
Gambar : Ilustrasi pembuktian teorema pythagoras
Gambar di atas adalah sebuah persegi dengan panjang sisi a+b
Luas daerah persegi  = (a+b)x (a+b)
= a2 + b2 +2ab .........(1)
Luas daerah yang diarsir  = c x c
 = c2 .............(2)
Luas daerah yang tidak diarsir  = 4 x  ½ ab
= 2ab ..............(3).
Luas daerah yang diarsir  = Luas daerah persegi – Luas daerah yang tidak diarsir.
Dari (1), (2) dan (3) dipeoleh:
c2 = a2 + b2
           Jadi, terbukti bahwa panjang kuadrat sisi miring  pada segitiga siku-siku sama dengan jumlah panjang kuadrat sisi yang lain.
           Teorema diatas hanya berlaku untuk segitiga siku-siku, walaupun teorema ini banyak digunakan pada bidang-bidang lain khususnya geometri, akan tetapi kita akan bisa menggunakan teorema pythagoras  setelah bangun-bangun tersebut dimodifikasi menjadi segitiga siku-siku. Dengan demikian, jika kita berbicara teorema pythagoras maka kita tidak akan terlepas dari segitiga siku-siku. Disamping itu teorema pythagoras dapat juga digunakan untuk menentukan jarak dua titik pada bidang kartecius jika koordinat kedua titik tersebut diketahui. Selain itu kita juga dapat menentukan panjang diagonal ruang dan diagonal bidang pada sebuah kubus atau balok, panjang garis pelukis atau jari-jari sebuah kerucut dan lain sebagainya (Djumanta,1999 : 24 ). Jadi, hampir semua masalah yang ada pada geometri bisa diselesaikan dengan bentuk teori ini.
           Dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit masalah-masalah yang mampu diselesaikan oleh teori ini, misalnya berapa panjang tangga yang dibutuhkan oleh petugas PLN. Oleh karna itu, penguasaan siswa pada materi ini mutlak diperlukan.


[1] Utomo, T. dan Ruijter K. 1989. Peningkatan dan pengembangan pendidikan. Jakarta: Gramedia.

[2] Ahmadi, A. dan J.T. Prasetya. 1997. Strategi Belajar Mengajar (SBM). Bandung: Pustaka Setia.

[3] Winataputra. 1997. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.

[4] Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar