METODE
PEMBELAJARAN KULSPONSI
1.
Kulsponsi
Utomo dan
Ruijter (1991:206) mengungkapkan bahwa kulsponsi adalah suatu cara
penyelenggaraan pembelajaran yang merupakan kombinasi antara pembelajaran
ceramah, responsi dan pembelajaran latihan terbimbing. Melalui pembelajaran
kulsponsi diharapkan kelemahan dari masing-masing metode yang diterapkan dalam
pembelajaran dapat diminimalkan. [1]
Masing-masing
metode yang merupakan komponen dari kulsponsi dikemukakan sebagai berikut:
a.
Metode Ceramah
Metode ceramah
ialah metode di dalam pendidikan dan pembelajaran dimana cara menyampaikan
materi pengajaran kepada anak didik yang dilaksanakan dengan lisan oleh guru.
Hubungan antara guru dengan anak didik banyak menggunakan bahasa lisan. Peranan
guru dan murid berbeda secara jelas yaitu guru terutama dalam menuturkan dan menerangkan secara aktif sedangkan siswa
mendengarkan dan mengikuti secara cermat serta membuat catatan tentang pokok
persoalan yang diterangkan guru [2] (Ahmadi & Prasetya, 1997:53)
b.
Metode Responsi
Metode
responsi merujuk pada proses perubahan perilaku yang dihasilkan oleh
terciptanya relasi antara stimulus atau rangsangan dan respon atau jawaban atas
stimulus. Respon adalah perilaku yang lahir yang merupakan hasil masuknya
stimulus ke dalam pikiran seseorang. Stimulus dapat datang dari obyek lain, suasana
atau aktivitas subyek lain misalnya guru bertanya kepada siswa kemudian siswa
menjawab atas pertanyaan itu, dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya kemudian siswa mengajukan pertanyaan jika terdapat hal-hal yang belum
dipahami.
Proses
pembelajaran yang baik ialah yang memungkinkan terjadinya relasi antara
stimulus dan respon yang baik. Untuk itu stimulus harus benar-benar dapat
memberi rangsangan misalnya pertanyaan singkat dan jelas akan dapat mengundang
respon yang lebih baik daripada pertanyaan panjang yang berbelit yang mungkin
menyesatkan, oleh karena itu guru harus mampu memilih dan memberi rangsangan
yang baik.[3]
(Winataputra,1997:37)
Untuk
melakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode responsi yang baik sekurang-kurangnya
diperlukan:
1) Suasana yang
memungkinkan munculnya reaksi individu terhadap stimulus yang diberikan.
Suasana yang memliki daya tarik atau daya rangsang yang baik.
2) Individu yang memiliki
kesiapan untuk memberikan reaksi terhadap rangsangan. Reaksi yang diberikan
seseorang tergantung antara lain pada kesiapan, pengalaman dan kemampuan.
c.
Metode Latihan Terbimbing
Seorang siswa
perlu memiliki ketangkasan atau keterampilan dalam sesuatu misalnya pemecahan
soal-soal latihan. Oleh karena itu dalam pembelajaran, perlu diadakan suatu
latihan untuk menguasai keterampilan tersebut. Maka salah satu metode yang
dapat digunakan dalam memberikan atau menyajikan materi pelajaran untuk
memenuhi tuntutan tersebut adalah metode latihan terbimbing.
Latihan terbimbing
adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan
di bawah bimbingan guru agar siswa memiliki ketangkasan atau keteramapilan yang
lebih tinggi dari apa yang telah dipelajarinya. Latihan yang praktis, mudah
untuk dilakukan serta teratur pelaksanaannya dapat membina siswa dalam
meningkatkan penguasaaan keterampilan itu bahkan dapat menjadikan siswa
memiliki keterampilan yang sempurna. Hal ini dapat menunjang siswa untuk mampu
mencapai prestasi yang tinggi[4]
(Roestiyah, 2001:125)
2.
Pelaksanaan Pembelajaran
Kulsponsi
Pada pelaksanaan pembelajaran kulsponsi, siswa
dibimbing oleh guru dalam melakukukan latihan-latihan setelah diberikan
beberapa penjelasan tentang materi pelajaran yang dipelajari. Selama proses
belajar mengajar berlangsung, guru memberikan stimulus kepada siswa baik dengan
menggalakkan siswa untuk bertanya ataupun dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan dan sebagainya. Kemudian siswa menanggapi atau merespon
stimulus yang diberikan.
Pada pelaksanaannya, kulsponsi terdiri dari lima tahap yaitu sebagai
berikut :
a.
Pendahuluan
Hal-hal yang perlu diperhatikan guru pada tahap ini adalah:
1)
Menjelaskan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai sebagai hasil pembelajaran yang dilakukan.
2)
Menempatkan bahan pelajaran dalam
kerangka yang lebih besar dengan menekankan pada relevansi bahan/materi
pelajaran pada studi yang ditempuh hubungannya dengan pembelajaran yang telah
lalu maupun yang akan datang dan kegunaannya untuk keperluan praktek.
3)
Memberikan apersepsi/pengetahuan
pendahuluan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan membahas soal-soal sebagai
gambaran tentang pengetahuan pendahuluan yang diberikan.
b.
Pembahasan Teori
Pada tahap ini digunakan beberapa petunjuk sebagai berikut:
1)
Menyampaikan bagian-bagian/pokok
utama materi yang memerlukan penjelasan tanpa mengabaikan kaitan/hubungan yang
logis antar bagian-bagian materi tersebut dan menjelaskan kaitan/hubungan
tersebut.
2)
Mengajukan pertanyan-pertanyaan
kepada siswa guna mengaktifkan siswa khususnya pertanyaan mengenai pengetahuan
pendahuluan dengan mengingat kaitannya dengan teori yang akan dibahas.
3)
Menggunakan media pembelajaran
sedemikian sehingga pembahasan dapat dilakuakan dengan cepat dan mudah untuk
memberikan gambaran mengenai hubungan berbagai bahan yang diberikan.
4)
Menggalakkan siswa untuk bertanya
dan memberikan tanggapan.
c.
Pembahasan contoh-contoh soal.
Pada tahap ini perlu diperhatikan bahwa :
1)
Contoh soal yang dibahas adalah
soal yang reprsentatif dan kaitan relevansinya dapat dinyatakan dengan jelas.
2)
Untuk mengetahui hal-hal yang
dirasa sulit oleh siswa maka guru harus mengajukan pertanyaan kepada siswa atau
siswa diminta untuk maju ke depan papan tulis.
d.
Pembimbingan siswa dalam
menyelesaikan tugas.
Hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1)
Memberi kesempatan kepada siswa
untuk menyelesaikan tugas tanpa terlepas dari bimbingan guru.
2)
Mengatur situasi pebelajaran
sedemikian rupa sehingga:
a)
Siswa mampu menyelesaikan sebagian
besar soal-soal latihan yang diberikan. Hal-hal yang dianggap sulit akan
dibantu oleh guru.
b)
Siswa dapat mengoreksi diri
sendiri dalam menyelesaikan soal-soal latihan dengan memberikan kunci jawaban
dari soal-soal latihan.
c)
Siswa dapat bekerja secara
sistmatis.
e.
Penutup
Dalam mengakhiri pembelajaran guru harus memberikan
kata penutup. Kata penutup tersebut terdiri dari ringkasan materi yang telah
diberikan, tinjauan kembali tujuan-tujuan pembelajaran, pandangan ke depan
mengenai pembelajaran yang akan datang dan suatu uraian mengenai tugas-tugas
yang harus dikerjakan oleh siswa.
3. Materi
Teorema
Pythagoras
Teorema pythagoras adalah nama suatu
teori yang ditemukan oleh seorang ahli matematika bangsa Yunani bernama
Pythagoras yang hidup pada abad ke-6 M. Teori ini dijelaskan sebagai berikut :
Pada segitiga
siku-siku,berlaku c2 = a2 + b2
Dimana:
a = panjang sisi tegak
b = panjang sisi alas
c = panjang sisi
miring (hypotenusa)
Secara umum teorema tersebut berlaku
pada segitiga siku-siku yag berbunyi, panjang kuadrat sisi miring sama dengan
jumlah kuadrat sisi yang lain. Husein
Tampomas (2005 : 140)
Bukti:
Perhatikan gambar di
bawah ini !
b a
a
c c c
b
b c c c
a
a b
Gambar : Ilustrasi pembuktian
teorema pythagoras
Gambar di atas adalah
sebuah persegi dengan panjang sisi a+b
Luas daerah
persegi = (a+b)x (a+b)
= a2 + b2
+2ab .........(1)
Luas daerah yang
diarsir = c x c
= c2 .............(2)
Luas daerah yang tidak
diarsir = 4 x ½ ab
= 2ab ..............(3).
Luas daerah yang
diarsir = Luas daerah persegi – Luas
daerah yang tidak diarsir.
Dari (1), (2) dan (3)
dipeoleh:
c2 = a2
+ b2
Jadi, terbukti bahwa panjang kuadrat
sisi miring pada segitiga siku-siku sama
dengan jumlah panjang kuadrat sisi yang lain.
Teorema diatas hanya
berlaku untuk segitiga siku-siku, walaupun teorema ini banyak digunakan pada
bidang-bidang lain khususnya geometri, akan tetapi kita akan bisa menggunakan
teorema pythagoras setelah bangun-bangun
tersebut dimodifikasi menjadi segitiga siku-siku. Dengan demikian, jika kita
berbicara teorema pythagoras maka kita tidak akan terlepas dari segitiga
siku-siku. Disamping itu teorema pythagoras dapat juga digunakan untuk
menentukan jarak dua titik pada bidang kartecius jika koordinat kedua titik
tersebut diketahui. Selain itu kita juga dapat menentukan panjang diagonal
ruang dan diagonal bidang pada sebuah kubus atau balok, panjang garis pelukis
atau jari-jari sebuah kerucut dan lain sebagainya (Djumanta,1999 : 24 ). Jadi,
hampir semua masalah yang ada pada geometri bisa diselesaikan dengan bentuk
teori ini.
Dalam kehidupan sehari-hari, tidak
sedikit masalah-masalah yang mampu diselesaikan oleh teori ini, misalnya berapa
panjang tangga yang dibutuhkan oleh petugas PLN. Oleh karna itu, penguasaan
siswa pada materi ini mutlak diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar